Tuesday, October 9, 2018

KISAH 60 SAHABAT NABI MUHAMMAD SAW


SA'ID BIN 'AMIR

           Pada saat itu Amirul Mu’minin Umar Bin Khattab memecat Mu’awiyah dari jabatannya sebagai kepala daerah di Syria. Untuk menggantikan posisi kepala daerah diSyria Umar memiliki     sistem tertentu dan syarat – syarat yang sangat berat dan ketat serta didasarkan atas pertimbangan yang tajam dan sempurna.
          
            Kemudian Umar menyerukan suara yang mengatakan bahwa Umar telah menemukan pemimpin yang cocok yaitu Said Bin Amir dan mencoba menawarkan jabatan sebagai walikota Homs pada saat itu. Namun Said Bin Amir keberatan atas tawaran Umar. Umar mencoba meyakinkan kembali Said Bin Amir dan Said Bin Amir dalam sekejap dapat diyakinkan. Demikianlah akhirnya Said berangkat ke Homs ikut bersama isterinya.
           
            Ketika kedudukan mereka diHoms telah mantap. Sang isteri Said Bin Amir bermaksut menggunakan haknya sebagai isteri memintaijin suaminya Said Bin Umar untuk memanfaatkan harta yang telah diberikan Umar sebagai bekal mereka. Namun Said Bin Umar berkata ,“ Maukah kamu saya tunjukan yang lebih baik dari rencanamu itu? Kita berada disuatu negeri yang amat pesat perdagangannya dan laris barang jualannya. Maka lebih baik kita serahkan harta ini kepada seseorang yang akan mengambilnya sebagai modal dan akan memperkembangkannya”. Sang Istri mulai ragu atas keputusan suaminya. Dengan bijaksana Said Bin Amir membelikan apa yang dibutuhkan untuk keperluan hidup dan sisanya Said Bin Amir sedekahkan. Dengan sabar Said Bin Amir mencoba memberi pengertian isterinya secara lembut, isteri Said Bin Amir pun  diam dan makhlum  bahwa tak ada yang lebih utama baginya dari pada mengikuti jalan ang telah ditempuh suaminya, dan mengendalikan dirinya untuk mencontoh sifat zuhud dan ketaqwaan suaminya.
            
             Dewasa itu Homs dikatakan sebagai Kufah kedua karena sering terjadinya pembangkangan dan pendurhakaan penduduk terhadap para pembesar yang memegang kekuasaan. Tetapi berbeda dengan kepemimpinan Said Bin Amir, penduduk mulai mencintai dan taat kepada Said Bin Amir. Suatu ketika Umar berkunjung ke Homs ditanyakan pendapat penduduk yang sedang berkumpul tentan Said Bin Amir. Sebagian hadirin mengadukannya. Dari kelompok yang mengadukan itu Umar meminta agar mereka mengemukakan titik – titik kelemahannya satu demi satu. Mereka mengatakan:
1    1. Ia baru keluar mendapatkan kami setelah tinggi hari
2    2. Tak hendak melayani seseorang diwaktu malam hari
      3. Setiap bulan ada dua hari dimana ia tak hendak keluar mendapatkan kami hingga kami tidak dapat      menemuinya
      4. Dan ada satu lagi yang sebetulnya bukan kesalahannya tapi menganggu kami, yaitu bahwa                  sewaktu  - waktu ia jatuh pingsan.

Lalu Said Bin Amir membela dirinya, ia ber­kata:

“Mengenai tuduhan mereka bahwa saya tak hendak keluar sebelum tinggi hari, maka demi Allah, sebetulnya saya tak hendak menyebutkannya, . . . Keluarga kami tak punya khadam atau pelayan, maka sayalah yang mengaduk tepung dan membiarkannya sampai mengeram, lalu saya membuat roti dan kemudian wudlu untuk shalat dluha. Setelah itu barulah saya keluar mendapatkan mereka … ! ”

“Adapun tuduhan mereka bahwa saya tak mau melayani mereka di waktu malam . . . , maka demi Allah saya benci menyebutkan sebabnya .. .! Saya telah menyediakan Siang hari bagi mereka, dan malam hari bagi Allah Ta’ala . . . ! sedang ucapan mereka bahwa dua hari setiap bulan di mana saya tidak menemui mereka . . . , maka sebabnya sebagai saya katakan tadi — saya tak punya khadam yang akan mencuci pakaian, sedang pakaianku tidak pula banyak untuk diper­gantikan. Jadi terpaksalah saya mencucinya dan menunggu sampai kering, hingga baru dapat keluar di waktu petang … Kemudian tentang keluhan mereka bahwa saya sewaktu­-waktu jatuh pingsan . . . sebabnya karena ketika di Mekah dulu saya telah menyaksikan jatuh tersungkurnya Khubaib al-Anshari. Dagingnya dipotong-potong oleh orang Quraisy dan mereka bawa ia dengan tandu sambil mereka menanya­kan kepadanya: “Maukah tempatmu ini diisi oleh Muham­mad sebagai gantimu, sedang kamu berada dalam keadaan sehat wal ‘afiat .. .? Jawab Khubaib: Demi Allah, saya tak ingin berada dalam lingkungan anak isteriku diliputi oleh keselamatan dan kesenangan dunia, sementara Rasulullah ditimpa bencana, walau oleh hanya tusukan duri sekali­pun…”

           Sekiranya mungkin, tentulah ia tidak disebut bumi atau dunia lagi …. lebih tepat bila dikatakan Surga Firdausi …. Sungguh, ia telah menjadi Firdaus yang telah dijanjikan Allah! Dan karena Firdaus itu belum tiba waktunya, maka orang-orang yang lewat di muka bumi dan tampil di arena kehidupan dari tingkat tinggi dan mulia seperti ini amat sedikit dan jarang adanya . . . Dan Sa’id bin ‘Amir adalah salah seorang di antara mereka ….

Diresume Oleh :
Nama         : Areta Griselda S.
NIM           : 04218011

Lampiran Presentasi 


No comments:

Post a Comment